Minggu, 25 April 2010

Berpikir Besar

Assalamu'alaikum! Salam Semangat! Gimana kabarnya nih, Sobat STEI? Semoga masih tetap semangat, Ya? Okelah, sesuai janjiku di post sebelumnya aku mau kasih artikel nih. Sok atuh dibaca.

Suatu hari di sebuah sekolah dasar, seorang guru sedang memberikan pelajaran menggambar kepada murid-muridnya. “Ayo, Anak-anak,” katanya,” Gambarlah benda yang kalian suka, buat sebagus dan seindah mungkin, Ya!”
Semua anak sibuk menggambar apa yang ada di benak mereka. Sang guru berkeliling dan melihat sepintas karya siswa-siswanya. Ada yang menggambar pemandangan alam, pemandangan kota, bunga, hewan, dan lain-lain. Semuanya tampak indah dan menarik. Sampai akhirnya ia menemukan seorang anak yang tidak menggambar apa-apa, kecuali mewarnai seluruh kertas gambarnya dengan crayon hitam. Sang guru pun penasaran dengan apa yang dilakukan muridnya. “Apa yang sedang kau gambar, Nak?” Ia bertanya. Si Anak seolah tak menggubris pertanyaan sang guru, ia terus melanjutkan pekerjaannya. Ketika kertas gambarnya sudah dipenuhi dengan warna hitam, dia berkata kepada gurunya,”Bu, Aku butuh kertas lebih banyak lagi, bisakah Ibu memberikannya untukku?” Tanpa pikir panjang, sang guru memberikan kertasnya untuk anak tersebut.
Lembar demi lembar telah penuh oleh warna hitam, namun anak itu belum juga mau berhenti. Sang guru terus menerus bertanya namun si anak tetap saja tidak menjawab, ia hanya bekerja dan terus bekerja hingga akhirnya pelajaran pun usai. “Baik, Anak-anak, bagi yang sudah selesai silahkan mengumpulkan karyanya di meja ibu, bagi yang belum, silahkan dilanjutkan di rumah.” Semua anak mengumpulkan karyanya ke depan, kecuali si anak dengan crayon hitam itu. Saat dijemput orang tuanya, sang gurupun menceritakan keanehan anak itu kepada ibunya. Ia menyarankan anak itu dibawa ke psikiater karena dianggap memiliki kelainan, namun sang ibu tidak berkomentar apa-apa.
Sesampainya di rumah, anak tersebut masih tetap saja mewarnai kertas gambarnya dengan crayon hitam. Hari berganti hari, ia tetap tidak mau berhenti dari pekerjaanya. Jadilah anak itu di olok-olok oleh teman-temannya sebagai anak aneh. Ibu yang khawatir, mengikuti saran guru untuk membawa anaknya ke psikiater, namun tidak juga membuahkan hasil.
Hingga suatu hari, ibu guru berkunjung ke rumah anak tersebut untuk melihat keadaannya. Ditemani Ibunya, si anak masih terlihat asyik menggambar, sampai akhirnya ia berkata,” Aku sudah selesai. Ayo, Bu! Ikut aku!” ia mengamit tangan ibu dan gurunya, mengajak mereka masuk ke ruang belajarnya. Lalu ia mulai menyusun lembaran-lembaran kertas hitam itu di dinding kamarnya yang luas. Tahukah Kamu apa yang ia buat? Ia membuat sebuah gambar ikan paus dengan ukuran yang sebenarnya. Sebuah karya yang sangat luar biasa untuk anak seusianya.
Sang ibu dan guru itu pun tersenyum bangga. Mereka yakin anak ini pasti memiliki cita-cita yang besar, sebesar ikan paus yang kini terpajang di dinding kamarnya. End.

Saudaraku, tahukah Kamu? Orang-orang besar bisa bertumbuh menjadi besar bukan karena IQ mereka tinggi, bukan karena mereka keturunan orang hebat, dan bukan karena nasib mereka yang mujur. Itu semua karena mereka berpikir 100 kali lebih besar dari kita. Sehingga pikiran tersebut menuntunnya untuk melakukan hal-hal yang dapat membantunya mencapai tujuan-tujuan besar dalam hidup. Pikiran itu memberinya semangat untuk terus maju, tanpa terpengaruh orang-orang disekitarnya.
Normalnya, lingkungan kita berisi orang-orang biasa yang akan menasihati kita, “Sudahlah itu cita-cita yang tidak mungkin bisa tercapai,” atau ,” Posisi puncak itu hanya bisa diraih oleh orang-orang dengan keturunan tertentu, dengan IQ tinggi, dengan nasib mujur, bla...bla...bla....” yang pada akhirnya mengatakan kepada kita,” Kamu bukan orang spesial, kamu tidak akan bisa,” dan mereka membuat pikiran kita menjadi kerdil. Orang yang berpikil kecil selamanya hanya akan menjadi orang yang biasa saja, karena ia tidak mempunyai tujuan hidup yang jelas, hidupnya mengalir begitu saja tanpa arah.
Coba kita renungkan, tanya hati kita masing-masing. Masuk kedalam diri kita yang terdalam dari yang paling dalam. Temukan jawabannya, apa yang ingin kita capai/berikan kepada diri kita, keluarga kita, orang-orang terdekat kita, lingkungan sekitar kita, negara kita, dan dunia sebelum kita meninggalkan dunia ini. Pastikan itu sebuah cita-cita yang besar, lalu biarkan ia menuntun kita, menyusun langkah-langkah kecil yang sedikit demi sedikit akan mendekatkan kita ke cita-cita tersebut. Berpikir besar, Kawan!

Written by : Achmad Arbi
16509083

Share/Save/Bookmark

1 komentar:

Anonim mengatakan...

hei bila gw ga bisa menemukan apa yang gw mau gimana?

Posting Komentar

 

STEI '09 Design by Nirleka | Meintain by Sie Internet STEI'09 © 2009